Senin, 27 Mei 2013

makalah kopi


I.       PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Menurut data dari Worldbank, pada periode tahun 2005-2008, Indonesia merupakan eksportir kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi rata-rata sebesar 4,76 persen. Brazil menempati posisi pertama dengan kontribusi rata-rata sebesar 24,30 persen, diikuti dengan Vietnam (17,94 persen) dan Columbia (10,65 persen). Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dengan kontribusi rata-rata sebesar 19,35 persen dari total ekspor kopi Indonesia, serta ke Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan kontribusi rata-rata sebesar 14,96 persen, 15,88 persen, dan 6,71 persen.
Dalam hal perkopian di Indonesia , kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun jelaga dan Busuk buah kopi serta terakhir yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah menyebabkan kerugian serius telah dilaporkan pertama kali dari Kenya, sebesar 75% di beberapa perkebunan. Penyakit ini menyebabkan matinya tanaman kopi di beberapa daerah di Kenya dan Ethiopia. Di daerah lain, kerugian dapat mencapai 80%. Perkiraan konservatif lebih dari kerugian yang terjadi di Kenya adalah 20%.
Busuk buah juga dilaporkan menyerang perkebunan kopi milik masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Akibatnya, jumlah hasil produksi mengalami penurunan hingga 30 persen, juga sangat meresahkan para petani kopi di daerah itu.
1.2    Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari budidaya kopi, penyakit, dan pengendalian hama pada tanaman kopi.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pertimbangan dalam membudidayakan dan mengendalikan penyakit pada tanaman kopi agar dapat menghasilkan produksi yang tinggi, serta sebagai bahan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.



















II.      PEMBAHASAN

2.1    Sejarah Perkembangan Kopi di Dunia

Kopi sebagai salah satu komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup mantap di pasaran dunia, sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Badan yang lemah dan rasa kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Apalagi orang yang sudah menjadi pecandu kopi, bila tidak minum kopi rasanya akan capai dan konsentrasi dalam berpikir terasa berkurang.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Pada mulanya orang minum kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari cairan daun kopi yang masih segar atau ada pula yang menggunakan kulit buah yang disedu dengan air panas. Sudah barang tentu rasanya tidak seenak kopi bubuk, namun dapat juga menyegarkan badan, sehingga penggemarnyapun belum begitu meluas. Setelah ditemukan cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan minuman, akhirnya penggemarnya cepat meluas. Negara pemakai kopi pertama-tama adalah Arabia (pertengahan abad XV) dan kemudian menyebar luas di negara Timur Tengah, seperti Kairo pada tahun 1510 dan Konstantinopel (Turki) lebih kurang pada tahun 1550. Selanjutnya pada tahun 1616 kopi ini mulai masuk Eropa, yakni di Venesia. Sedangkan di Inggris pemakaian kopi baru pada tahun 1650.
Sampai sekarang kita ketahui bahwa kopi dan teh merupakan dunia yang sangat penting di dunia Barat. Walaupun asal kopi itu dari negara Afrika, tetapi sedikit sekali penduduk asli yang minum kopi. Di Ethiopia, kopi itu diminum dengan makanan lemak, selain bijinya daunnya pun dapat disedu dengan air panas.
Nama-nama jenis tanaman kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan oleh beberapa pengarang buku dari 25 sampai 100 lebih. Wellman (1961) menyusun daftar sebanyak 64 spesies, tetapi ada yang dianggap hanya sebagai varietas saja. Maka jenis spesies yang tepat kurang lebih ada 60. Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika Tropis, yaitu sebanyak 33 Spp, 14 Spp di Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10 Spp di Asia Tenggara.
Ditinjau dari segi ekonomis, Spp yang terpenting ialah (Coffea arabica = kopi Arabika) yang menghasilkan 90% dari kopi dunia pada waktu belum ada Robusta (J.E. Purseglove); Coffea canephora 9% dan Coffea liberica kurang dari 1%.
Spesies-spesies yang banyak dipakai berdasarkan sejarah perkembangan tanaman kopi di dunia adalah sebagai berikut:
1.     Kopi Bungalensis heyne et Wild; terdapat secara liar di Benggala, Birma, Sumatera, dan adapula yang terdapat di India
2.     Kopi Congensis, Froehn. Berasal dari Congo, kopi ini mirip dengan kopi Arabika yang disilang dengan Coffea canephora menjadi hibrida Congesta di Jawa. Mungkin satu bentuk dari Coffea canephora.
3.     Kopi Eugenioides, S. Moore. Berasal dari Congo, Uganda, dan Tanzania, sedikit mirip dengan Coffea arabica. Kopi ini banyak pula ditanam, tetapi kandungan Coffein rendah.
4.     Kopi Exselsa, A. Chev. Berasal dari Afrika Barat, bisa tumbuh sampai tinggi, daun besar, buah juga besar tapi tetapi biji kecil. Tanaman ini baik di Afrika Barat maupun Filipina, sedangkan di Jawa tidak banyak ditanam. Kopi ini banyak digolongkan Coffea liberica, tetapi buah dan biji jauh lebih kecil.
5.     Kopi Recemosa, Lour. Berasal dari Mozambik dan kopi ini banyak ditanam di daerah setempat. Tanaman berbentuk perdu bercabang banyak, buah kecil berwarna merah.
6.     Kopi Stenophylla G. Don. Berasal dari Afrika Barat dan banyak ditanam di sana, pohon kecil, bila buah masak berwarna biru hitam, biji lebih kecil daripada Arabika dan rasanya kurang enak.
7.     Kopi Zangeubarise Lour. Berasal dari Zanzibar, di daerah asal tersebut kopi banyak ditanam. Buah dan biji mirip dengan kopi Arabika. 
2.2    Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia
Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan.

Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik. Bibit kopi Indonesia didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan adalah kopi Arabika.
Percobaan penanaman ini pada mulanya berada disekitar Jakarta. Setelah percobaan penanaman di daerah ini ternyata berhasil baik, kemudian biji-biji itu dibagi-bagikan kepada para Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerah masing-masing; ternyata hasilnya pun baik.
Hasil-hasil tersebut harus diserahkan kepada V.O.C dengan harga yang sangat rendah, dengan penyerahan secara paksa. Maka tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan, akhirnya menjadi tanaman yang dipaksanakan kepada petani.
Setelah diketahui bahwa tanaman kopi itu hasilnya terus meningkat, maka perluasan tanaman terus ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya tanaman itu lebih dipaksakan lagi dengan adanya "Culturstelsel".
Mulai saat itu banyak pengusaha yang memperluas usahanya dalam lapangan perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Selanjutnya tanaman perkebunan itu lebih besar lagi setelah dikeluarkan Undang-undang Agraria tahun 1870. Perusahaan perkebunan itu bisa memperluas isahanya pada tanah milik negara dengan jangka yang sangat panjang.
Mula-mula pertanaman kopi perkebunan ini banyak terdapat di Jawa Tengah, yaitu daerah Semarang, Sala, Kedu, dan Jawa Timur terutama di daerah Besuki dan Malang. Sedang di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan Sumatera Timur. Sehingga sampai sekarang ini banyak perusahaan perkebunan milik negara yang berasal dari perusahaan-perusahaan asing.
2.3    Varietas Kopi dan Sifatnya
Walaupun jenis tanaman kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, yaitu: kopi Arabika, kopi Canephora, dan kopi Liberika.
2.3.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)
Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699.
Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi Arabika inilah yang paling banyak dan paling dahulu dikembangkan. Tetapi karena jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit Hemileia vastatrix, kemudian jenis tersebut banyak digantikan dengan jenis lain yang tahan Hemileia vastatrix, kecuali yang terdapat di dataran tinggi yang lebih 1.000 m dari permukaan laut. Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
·           Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun 12 sampai 15 cm, dan lebar 6 cm.
·           Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
·           Bila batang tak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.
·           Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.350 - 1.850 m dpl, produksinya bagus. Di Indonesia, kopi Arabika ini dapat berproduksi baik pada ketinggian 1.000 - 1.750 m dpl.
·           Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya menjadi terlalu awal. Akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat menganggu pembentukan bunga.
·           Curah hujan yang optimal sekitar 1.500 - 2.250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim kering yang tegas 2 - 3 bulan untuk perkembangan bunga.
·           Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang.
Karena terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan Arabika, seperti:
1.         Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau, produksinya lebih banyak.
2.         Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur.
3.         Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat.
4.         Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia vastarix dari pada jenis Arabika yang murni.
5.         Jenis Cangensis, asal dari Congo. Jenis ini mirip Arabika asli; dan jenis yang disilang dengan Canephora menghasilkan hibrida Congesta di Jawa. Jenis ini resisten terhadap Hemileia vastatrix, tetapi biji kecil dan tidak begitu banyak.
Jenis-jenis kopi Arabika berdasarkan hasil pemuliaan yang dianggap unggul pada saat ini (sumber: Dirjen Perkenunan Departemen Pertanian) adalah sebagai berikut :
1)     Kopi Abesinia 3
·           Tipe pertumbuhan tinggi melebar dengan perdu tegar.
·           Buah berbentuk oval persegi, biji besar memanjang dan seragam.
·           Nisbah biji buah 15,4 %.
·           Berbunga pertama umur 34 - 36 bulan.
·           Produktivitas 7,5-10 kwintal/ha pada populasi 1.600 pohon/ha.
·           Rentan terhadap serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
·           Diameter tajuk + 2 m (batang tunggal).
·           Umur ekonomis 25 tahun.
·           Jumlah buah 7-12 dompol/cabang, 8-15 buah/dompol.
·           Bentuk biji lonjong besar, berat 100 butir setara 19,1 gram.
·           Agak tahan serangan hama penggerek bubuk buah.
·           Mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik.
·           Penanaman mulai ketinggian 1.250 m dpl, tanah subur, naungan cukup.
2)     Kopi USDA 762
·           Tipe pertumbuhan tinggi agak melebar, percabangan teratur.
·           Diameter tajuk + 1,90 m (batang tunggal).
·           Cabang primer mendatar, teratur, agak lentur, ruas batang 4-9 cm, ruas cabang 4-6 cm.
·           Warna daun hijau tua kecoklatan, pupus daun hijau muda.
·           Bentuk daun lonjong melebar, pangkal daun tumpul, ujung meruncing, helaian berlekuk tegas.
·           Umur ekonomis 25 tahun.
·           Jumlah buah 7-11 dompol/cabang, 12-24 buah/dompol.
·           Buah muda hijau kusam, ujung meruncing, pangkal tumpul, diskus sempit, berjenggot, buah masak serempak berwarna merah cerah.
·           Bentuk biji membulat seragam, berat 100 butir + 14,7 g.
·           Produktivitas 8-14 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
·           Mutu fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
·           Tahan serangan penggerek bubuk buah, rentan serangan nematoda parasit.
·           Agak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
·           Saran penanaman : mulai ketinggian 1.000 m dpl., tanah subur dan penaung cukup.
3)     Kopi S 795
·           Tipe pertumbuhan tinggi melebar, daun rimbun menutupi batang pokok.
·           Diameter tajuk + 2,01 m (batang tunggal).
·           Cabang primer, cabang cacing dan cabang balik tumbuh sangat aktif sehingga tidak teratur, ruas cabang 2,5-4,5 cm.
·           Warna daun hijau tua, pupus daun berwarna coklat.
·           Bentuk daun lonjong agak sempit, tepi bergelombang, ujung meruncing.
·           Umur ekonomis 25 tahun.
·           Jumlah buah 7-11 dompol/cabang, 12-20 buah/dompol.
·           Buah muda berwarna hijau kusam, diskus melebar, buah masak bulat besar berwarna merah hati.
·           Bentuk biji oval membulat tidak seragam, berat 100 butir + 17,5 g.
·           Produktivitas 10-15 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
·           Mutu fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
·           Agak rentan serangan bubuk buah kopi, rentan serangan nematoda parasit.
·           Agak tahan serangan penyakit karat daun.
·           Saran penanaman : mulai ketinggian 700 m dpl, lahan subur maupun marjinal, naungan cukup.
4)     Kopi Kartika 1
·           Tipe pertumbuhan kate, kompak.
·           Diameter tajuk + 1,36 m (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas > 1.000 m dpl).
·           Percabangan agak lentur, ruas pendek, cabang sekunder aktif, cabang produktif 30/pohon.
·           Warna daun tua hijau tua, pupus hijau muda.
·           Bentuk daun bulat telur, seragam, ujung meruncing, pangkal meruncing
·           Buah muda lonjong, buah tua membulat berwarna merah tua, masak serempak.
·           Bentuk biji membulat, berat 100 butir biji + 15,8 g, nisbah biji buah 15,2 %.
·           Mutu fisik biji cukup baik, mutu seduhan baik.
·           Agak rentan nematoda parasit, agak tahan becak Cercospora sp., rentan penyakit rebah batang, Rhizoctonia sp, dan agak tahan serangan penyakit karat daun.
·           Umur ekonomis 25 tahun.
·           Umur pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam.
·           Produktivitas 2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di lahan dengan ketinggian > 1.000 m dpl.
·           Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah diprioritaskan pada daerah basah dan subur, naungan cukup)
5)     Kopi Kartika 2
·           Tipe pertumbuhan kate, kompak. Pada saat TM 4, di ketinggian 1.200 m dpl, tinggi tanaman + 191 cm.
·           Diameter tajuk + 138,5 cm (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl).
·           Percabangan agak lentur, ruas pendek, jumlah cabang primer produktif 29/pohon.
·           Warna daun tua hijau tua, daun muda (pupus) hijau muda.
·           Bentuk daun agak bulat, ukuran seragam, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul.
·           Buah muda bulat telur, buah tua membulat berwarna merah tua, masak kurang serempak.
·           Bentuk biji membulat, berat 100 butir biji + 15,3 g, nisbah biji buah 14,5 %.
·           Mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik.
·           Rentan serangan nematoda parasit, agak tahan penyakit karat daun dan agak tahan serangan Cercospora sp, di pembibitan rentan serangan Rhizoctonia sp.
·           Umur pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam di lapangan.
·           Umur ekonomis 25 tahun.
·           Produktivitas 2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di ketinggian > 1.000 m dpl.
·           Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah diprioritaskan pada daerah basah dan subur, naungan cukup).
6)     Kopi Andungsari I
·           Tipe pertumbuhan kutai, tajuk sedikit melebar dengan diameter 144 cm (bila dipangkas dengan system batang tunggal).
·           Tinggi tanaman saat berbuah 121,3 cm (ditanam pada lahan ketinggian > 1.000 m dpl) dan 175 cm (pada ketinggian < 1.000 m dpl).
·           Percabangan mendatar, batang utama tegak lurus, agak lentur, panjang cabang primer 38,9 cm dan panjang ruas produktif 6,2 cm.
·           Daun tua berwarna hijau tua gelap dan daun muda berwarna hijau muda.
·           Umur ekonomis 10 - 15 tahun
·           Produktivitas rata-rata 2.800 kg/ha kopi pasar dengan populasi 3.000 pohon/ha
·           Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl
7)     Kopi Kartika
·           Tipe pertumbuhan habitus semi kutai, seluruh tajuk dan daun merupakan batang pokok hingga ke permukaan tanah, diameter tajuk 230 cm.
·           Pencabangan diatas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah.
·           Daun tua berwarna hijau tua dan daun muda berwarna coklat kemerahan.
·           Umur ekonomis 20 tahun.
·           Produktivitas rata-rata 1.500 kg/ha kopi biji dengan populasi 1.600 pohon/ha
·           Penanaman mulai ketinggian 1.400 m dpl



2.3.2 Kopi Robusta (Coffea Canephora. Piera Ex Froehn)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta (Y. W. Purseglove). Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedang Canephora adalah nama botanis.
Jenis tanaman kopi ini berasal hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai uganda, terbentang 100 lebar Utara dan Selatan, dan dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1.700 m. Karena terjadinya persaingan terus menerus, maka jenis mudah menyesuaikan diri. Ketinggian tempat yang optimal sekitar 300 - 800 m dengan curah hujan 1.250 - 2.500 mm. Karena jenis ini self steril (tidak menyerbuk sendiri), maka banyak hasil persilangan yang dikultivasi sehingga identifikasi menjadi sulit.
Tahun 1947, Thomas dari Uganda membeda-bedakan jenis sebagai berikut:
1.     Bentuk yang tumbuh tegak ke atas atau bentuk Robusta, pohon yang tak dipangkas menjadi pohon yang tinggi.
2.     Bentuk yang melebar atau bentuk ganda. Bila tidak dipangkas, bentuk tanaman ini akan menjadi perdu dan daunnya tumbuh lebih kecil.
Sifat-sifat khusus dari jenis Robusta, selain tersebut di atas ialah:
·           Bau dan rasanya tidak seenak kopi Arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi. Karena rasanya tidak seenak kopi Arabika, maka harganya lebih rendah.
·           Tanaman di kebun, pemeliharaannya lebih mudah dan biaya dapat dihemat.
·           Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari batangnya banyak tumbuh cabang-cabang.
·           Jenis-jenis ini tahan Hemileia vastatrix.
2.3.3 Kopi Liberika. Bull Ex. Hiern
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika penyebarannya sangat cepat pada waktu kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab jenis ini diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata tidak, sehingga diganti dengan jenis Robusta. Jenis Liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal 1% dari seluruh jenis kopi yang ada.
Jenis Liberika ini memiliki sifat-sifat :
·           Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon berukuran besar bila dibanding dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buahnya.
·           Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali. Bunga dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja, melainkan juga terdapat pada batang pokok yang umurnya jauh lebih lanjut dan berbuah sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
·           Besar kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah dengan biji kering 10 : 1.
·           Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis ini tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang istimewa.
·           Karena tepung sari jenis Liberika ringan maka penyerbukan silang lewat angin dan serangga.
2.3.4Kopi Luwak

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di kalangan peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an.
Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870). Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak


lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman
kolonial. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai
USD100 per 450 gram.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Luwak hanya mau memakan buah dari biji kopi yang beraroma wangi seperti buah leci, kemudian di perut luwak tersebut ini terjadi fermentasi yang sangat tinggi oleh enzim-enzim yang tentunya menjadikan cita rasa yang sangat kuat dan memiliki kenikmatan tersendiri, suhu ketika fermentasi di dalam perut luwak dapat mencapai
antara 200-2650 C. Di dalam perut luwak, sebelum menjadi kopi luwak, terjadi fermentasi selama kurang lebih 48 jam. Dalam sehari seekor luwak hanya bisa memproduksi 0,2-0,4 kg biji kopi luwak. Itulah mengapa kopi luwak asli bisa menjadi sangat mahal,karena produksinya sangat sedikit.
Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa seperti kopi reguler Arabika (Java coffee) dan kopi reguler Robusta. yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi biasa adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di keluarkan dalam bentuk biji kopi, Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan special.
Keistimewaan kopi luwak berdasarkan
·       Kopi luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan memilih biji kopi paling matang yang biasanya berwarna merah. Bisa dipastikan, 90 % biji kopi yang dihasilkan oleh hewan luwak adalah yang benar-benar matang, bukan yang mentah. Ini memberi keuntungan, karena pada kopi biasa kemungkinan ada pencampuran antara biji kopi yang mentah dan matang, yang tentunya bisa mengurangi kualitas kopi.
·       Kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain berada pada suhu fermentasi optimal, juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Karena itulah, rasanya kopi luwak beda dengan kopi biasa. Kopi luwak mempunyai aroma yang khas tiada duanya, rasanya nikmat, dan mengandung khasiat menambah energi kaum Adam.
·       Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0,5 s/d 1%.
·       Kopi luwak bisa meningkatkan stamina tubuh dan mencegah penyakit diabetes. Sebab, kopi yang dikeluarkan oleh hewan luwak telah mengalami proses fermentasi alami kemudian diolah oleh orang-orang yang berpengalaman serta menjadikannya kopi berkhasiat.
·       Kopi luwak mengandung protein yang lebih rendah dan lemak lebih tinggi.
·       Kopi luwak bebas dari pestisida. Bebas dari pestisida, karena pestisida yang terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya.
Pada saat biji berada dalam sistem pencernaan luwak, terjadi proses fermentasi secara alami selama kurang lebih 10 jam. Prof. Massiomo Marcone dari Guelpg University, Kanada, menyebutkan fermentasi pada pencernaan luwak ini meningkatkan kualitas kopi karena selain berada pada suhu fermentasi optimal 240 - 2600 C,  juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah. Komponen yang menguap pun berbeda antara kopi luwak dan kopi biasa. Terbukti aroma dan citarasa kopi luwak sangat khas. Proses fermentasi tak lazim oleh luwak ini membuat sebagian orang enggan mengkonsumsinya karena jijik atau takut. Padahal menurut Massimo, kandungan bakteri pada kopi luwak yang telah dioven lebih rendah daripada kopi dengan proses
biasa.
2.4    Sistem Percabangan Tanaman Kopi
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi

mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
1)        Cabang Reproduksi (cabang orthrotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. ketika masih muda cabang ini juga sering disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui sebanyak 4-5 kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila suatu ketika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat digantikan oleh cabang ini.
2)        Cabang Primer (cabang plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari cabang primer. Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer, sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang primer mempunyai ciri-ciri (1). arah pertumbuhannya mendatar, (2). Lemah, (3). berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.
Setiap ketiak daun pada cabang primer mempunyai tunas reproduksi dan tunas sekunder. Tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, demikian pula tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder. Namun demikian tunas reproduksi dan tunas sekunder tersebut biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh dan berkembang menjadi bunga.
3)        Cabang Sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.


4)        Cabang Kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya hanya tinggal mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang yang tinggal sedikit ini biasanya terletak diujung batang dan mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga mata reproduksinya tumbuh cepat menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.
5)        Cabang Pecut
Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer, meskipun tumbuhnya cukup kuat.
6)        Cabang Balik
Cabang Balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang priemer, berkembang tidak normal dan mempunyai arah pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk.
2.5    Sistem Perakaran Tanaman Kopi
Meskipun tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.
2.6    Bunga dan Buah Tanaman Kopi
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol.
2.6.1 Bunga Tanaman Kopi
Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga.
Bunga tanaman kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan (peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan, secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau makin lama makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi merah tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 6-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.
Bunga tanaman kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara penyerbukannya, kopi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis kopi yang tidak akan menghasilkan buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri (tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru menghasilkan buah bila bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh karena itu tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya sehingga penyerbukan silang bisa berlangsung. Kopi self fertil adalah kopi yang mampu menghasilkan buah bila mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya.
2.6.2 Buah Kopi
Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang-kadang hanya mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji ini terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman kopi.
2.7    Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.
1.         Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi
a.     Persyaratan iklim kopi Arabika
·           Garis lintang 6-9o LU sampai 24o LS.
·           Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl.
·           Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
·           Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
·           Suhu udara rata-rata 17-21o C.
b.     Persyaratan iklim Kopi Robusta
·           Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.
·           Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl.
·           Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
·           Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
·           Suhu udara rata-rata 21-24o C.
c.      Pengaruh angin
Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.
2.         Tanah
Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.
a.         Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.
Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk petumbuhan dan pembuahan.
Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting) pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.
b.        Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung humus.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.
Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).
2.8    Pengendalian Hama Penyakit tanaman Kopi.
Dalam membudidayakan tanaman kopi pasti ada tantangan atau penganggu yang petani kopi hadapi, diantaranya adalah Hama dan penyakit
a.     Hama
·           Nematoda Parasit
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit yang berpindahpindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala: Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabangcabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, bunga premature dan banyak yang kosong. Bagian akar akar serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.
Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan fumigasi media bibit menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G dan Rugby 10G.Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250 ml/bibit.
Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. Digunakan sebagai batang bawah misalnya kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam, rotasi tanaman dan pembuatan parit barier.
Pengendalian hayati: Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh alami berupa bakteri, jamur dan nematoda predator.
Pengendalian kimiawi: Beberapa nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35 g / tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan.
·           Hama Penggerek Buah Kopi
Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga betina ratarata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.
Gejala: Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubanglubang dan bermutu rendah.
Pengendalian: Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar.
Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan / rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen. Penggunaan tanaman yang masak serentak : Varietas USDA 230731 dan USDA 230762.
·      Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
ü Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
ü Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
ü Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.
b.     Penyakit
·      Penyakit Karat Daun
ü Penyebab adalah sejenis Cendawan.
ü Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.
ü Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.
·      Penyakit Bercak Daun Cercospora
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke. C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pad permukaan bercak, berbentuk seperti tepung berwarna abuabu.
Gejala: Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit timbul bercak, mulamula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbecak dapat sampai ke biji sehingga dapat menurunkan kualitas.
Pengendalian: Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi.
·           Penyakit Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun parallel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora.
Gejala: Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang labalaba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada celahcelah. Stadium kortisium berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pad sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator berupa bintilbintil kecil berwarna orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pad cabang yang tidak terlindung.
Pengendalian: Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) dipotong 10 cm di bawah pangkal di bagian yang sakit. Potonganpotongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan cabangcabang di sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz.
2.9    Perkembangan produksi kopi di indonesia
Ada mulanya orang memanfaatkan sari dari daun muda dan buah segar sebagai bahan minuman yang diseduh dengan air panas. Kegemaran minum kopi cepat meluas ke seluruh dunia setelah ditemukan cara-cara penggunaan dan pengolahan yang lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan kopi yang sudah masak, terlebih dahulu dikeringkan dan kemudian bijinya disangrai lalu dijadikan bubuk sebagai bahan minuman.
Bagi Bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagangan yang mempunyai arti yang cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $347.8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat Pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa sebesar $ 818.4 juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditi ekspor sub sector perkebunan.
Komoditas kopi merupakan ekspor Indonesia non migas yang memberikan kontribusi dalam peningkatan devisa Negara. Pada tahun 2007, ekspor non migas meningkat sebesar 15,5 persen, dengan kontribusi sektor pertanian sebesar 4,3 persen, sector manufaktur sebesar 82,6 persen, dan sektor pertambangan sebesar 13,1 persen. Ekspor pertanian dan pertambangan tumbuh sebesar 17,0 persen dan 7,8 persen.

                                                       Tabel 1.1
Data Jumlah Produksi Kopi, Jumlah Ekspor Kopi dan Nilai Devisa Kopi di Indonesia Pada Tahun 2000 – 2008
Periode
Tahun
Jumlah Produksi Kopi di Indonesia (dalam ribuan ton)
Jumlah Ekspor Kopi di Indonesia (dalam ribuan ton)
Nilai Devisa Kopi (dalam Jutaan US$)
1
2000
613,5
345,8
339,9
2
2001
589,6
254,8
203,5
3
2002
681
322,5
248,8
4
2003
674,4
320,8
250,9
5
2004
647,4
338,8
281,6
6
2005
640,4
442,7
497,8
7
2006
682,2
411,5
583,2
8
2007
686,8
332,7
500
9
2008
679,1
325
500
Jumlah
5894,4
3094,6
3405,7
Sumber : BPS (2008)
Perkebunan kopi memberikan kontribusi dalam peningkatan ekspor pertanian di Indonesia. Ekspor kopi Arabika Gayo sebelumnya mengalami penurunan akibat dari konflik yang berkepanjangan, namun setelah perdamaian Agustus 2005 mengalami peningkatan dan mendapatkan nilai jual lebih atas keadaan social di Aceh pasca tsunami dan konflik.
Keunggulan bersaing suatu produk dapat dilihat dari segi harga yang bersaing dipasaran internasional untuk nilai ekspor, hal ini dapat kita lihat dari hasil data harga dan jumlah yang diekspor dari organisasi kopi internasional Internasional Cofee Organization (ICO). Daya saing kopi Arabika Gayo masih tidak maksimal disebabkan adanya image bahwa Indonesia belum mampu memproduksi olahan sesuai permintaan pasar internasional, serta ketatnya persaingan pasar produk kopi olahan dengan sertifikasi atas kemurnian dan standarisasi kualitas ekspor.
Keunggulan bersaing suatu produk juga dilihat dari merek yang sudah dikenal dan menjadi daya tarik tersendiri. Kopi arabika dari Aceh telah dijual dengan nama Gayo Mountain Coffee yang memiliki perasa (flavor) kaya (rich), komplek, kemasannya bagus, lembut dan bodinya tinggi. Beberapa kalangan bahkan menilai kopi Aceh memiliki body tertinggi didunia. Penggunaan kata Gayo pada label produk kopi, yang akan diekspor ke Belanda. Ini memiliki arti penting dalam bidang pemasaran karena dapat menaikkan harga. Apabila kata Gayo itu dihilangkan dari label, menurutnya, konsumen tidak akan mengetahui lagi asal barang itu, sehingga harganya sangat murah. Belanda telah mendaftarkan kopi Gayo sebagai merek dagang untuk produk kopi. Artinya, secara hukum merek kopi Gayo memang dilindungi oleh undang-undang setempat. Kopi Gayo diketahui didaftarkan oleh pengusaha Belanda sebagai merek dagang di Belanda, sehingga eksportir kopi dari Daerah Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam, tidak bisa mengekspor komoditas itu dengan menggunakan merek Gayo. Brand atau merek suatu produk merupakan kekuatan dan juga akan menjadi tantangan. Perdagangan kopi Arabika Gayo dapat bersaing meskipun ditolak di Belanda untuk dapat diperdagangkan karena pemakaian kode etik brand yang telah dilakukan lebih dulu telah terdaftar di Belanda.
Data perkebunan kopi dari Ditjen Perkebunan 2006 menyebutkan luas areal seluas 1.308.732 hektare 96 Persen diantaranya milik perkebunan rakyat sisanya 4,10 persen diusahakan dalam bentuk perkebunana besar, dengan volume ekspor sebesar 413.500 ton, dengan total produksi sebesar 743.409 ton. Tingkat produktivitas rata-rata ini sebesar 792 kg biji kering pertahun, tingkat produktivitas tanaman kopi di Indonesia cukup rendah bila dibandingkan dengan Negara produsen uatma kopi di dunia lainnya, seperti Vietnam (1.540 kh/hectare/tahun). (Kominfo Newsroom-Bhr/id/b).
Pada tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah komoditi kopi dan ekspor pertahun (ton) dari setiap provinsi di Indonesia dalam menunjang ekspor di Indonesia.



Tabel 1.2 Produksi dan Ekspor rata-rata per tahun
No
Province
Average Production per Year (ton)
Average Export per Year (ton)
1.
Aceh
40.000
4.500
2.
Nort Sumatera
25.000
40.000
3.
West Sumatera
10.000
3.500
4.
Bengkulu
40.000
1.500
5.
South Sumatera
100.000
40.000
6.
Lampung
90.000
200.000
7.
Jakarta
-
1.500
8.
Middle Java
13000
9.000
9.
East Java
15.000
20.000
10.
Bali
15.000
500
11.
N T T
10.000
2.500
12.
South Sulawesi
10.000
2.500
Volume / Type
Average 305.000 ton/year
- Green Coffee
97,6%
- Roast & Ground (R&G)
1,4%
- Soluble Coffe
0,8%
- Roasted Coffee
0,2%
Domestic Market
: 120.000 – 140.000 ton/year
Stock
: 15.000- 30.000 ton/year
Sumber data : http://indonesiacoffeebean.com/
Kopi Arabika memiliki nilai jual lebih baik diluar negeri dibandingkan dalam negeri. Perdagangan kopi di tingkat local dipengaruhi oleh permintaan atas konsumsi. Harga jual kopi Arabika dan Robusta di pasaran local tidak ada perbedaan harga yang berarti. Begitu juga dengan konsumsi kopi di Indonesia lebih dominan pada konsumsi kopi Robusta dibandingkan Arabika. Pemasaran kopi Arabika Gayo lebih diperuntukkan pada perdagangan ekspor untuk mendapatkan nilai jual yang lebih baik. Persaingan dalam perdagangan local, nasional dan internasional merupakan dasar mengapa diperlukan keunggulan bersaing untuk dapat bertahan maupun meningkatkan harga diatas rata-rata.










III.     PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Namun disamping itu dalam budidaya tanaman kopi terdapat kendala dalam hama penyakit yang dapat menyerang diantaranya hama bubuk buah kopi, hama penggerek cabang, kutu dompolan, nematoda akar, penyakit karat daun, penyakit jamur upas, penyakit akar hitam, penyakit bercak coklat dan lain-lain.
3.2    Saran
Sebaiknya perbanyak sumber dan bahan materi di sekitar kampus sebagai fasilitas bagi mahasiswa supaya memungkinkan mahasiswa lebih mudah dalam mencari resensi di kampusnya.























DAFTAR PUSTAKA

Anaf, 2012. Cendawan Fusarium sp. (online) http://anafzhu.blogspot.com/ 2012/ 09/cendawan-fusarium-sp.html. Diakses 24 September 2012.

Anonim, 2012. Statistik Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008. Dinas perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Anonim, 2012. Laporan Serangan OPT Penting Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Barnett, H.L. and H.B. Barry B., 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third Edition. Burgess Publishing Company. Minneapolis Minnesota.

Ferreira, S. A. and Rebecca A. B., 1991. Colletotrichum coffeanum (online), (http://wwww.google.com/colletotricum coffeanum.htm. diakses 20 September 2012).

Nababan, B. M. 2012, Hama Busuk Buah Serang Kopi Di Humbahas (online) (http://nababan.wordpress.com/2010/10/22/hama-busuk-buah-serang-kopi-dihumbahas/ diakses 20 September 2012).

Soertoningsih, Yulianto dan Tryni.S.K. 1989. Pengaruh suhu dan fungisida terhadap pertumbuhan jamur Fusarium sp pada media biji-bijian. Pertemuan Tahunan V. Perhimpunan Entomology Indonesia Cabang Ujung Pandang. dan Fitopatologi Indonesia Komisariat Sulawesi Selatan.

Vega, E. Fernando E., G. Mercadier and P.F. Dowd, 1999. Fungi Assosiated with the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolitidae). Proceeding of the 18 th International Scientific Colloquium on Coffee. Helsinki. Assosiation Scientifique Internationale du Cafe (ASIC). Pp. 229-238.

Wiryadiputra, 2007, Pengendalian Hama Pengerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Ferr) dengan Komponen Utama Pada Penggunaan Perangkap Brocarp Trap. Pusat penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Jawa Timur. P-2-9
Bagian-bagian kerja penjelasan
  1. Sub 2.1 dan 2.2 adalah icha
  2. Sub 2.3 jumardi 2.9
  3. Sub 2.4 dan 2.5 sofyah
  4. Sub 2.6 astuti latif
  5. sub2.7 dan 2.8  hilman
Nb: tolong dikuasai materinya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar